Kisah Seorang Ojol
Sebelum aku bergabung menjadi driver ojol di tahun 2016 silam, aku sebenarnya tidak terlalu tahu soal sisi gelap di kota kelahiran aku ini.
Sisi gelap yg mungkin saya memahami paling hanya tempat prostitusi saritem. Itu pun bukan sebab aku pernah berkunjung kesana tetapi saritem sudah menjadi semacam lelucon antar kawan. Contohnya:
"maneh mau kemana euy"
"mau ke saritem"
Ya sebatas itu. Bahkan saya tak pernah tau yang namanya saitem itu letaknya dimana. Berhubung saya anak rumahan, aku memang lebih senang berada pada rumah ketimbang ngumpul-ngumpul bersama kawan.
Semuanya berubah saat aku pertama kali bergabung di uber tahun 2016 dan berlanjut ke gojek sampai kini . Dari yg awalnya tak hafal jalan sampai rasanya seluruh penjuru pada bandung telah saya lewati.
Mulai dari kabupaten sampai pelosok. Mulai dari ujung timur sampa ujung barat. Pengetahuan akan jalan-jalan 'tikus' pun semakin bertambah dan sangat bermanfaat Bila menemukan kemacetan pada jalan raya.
Selain jalan, saya jua banyak menemukan sisi gelap pada kota saya ini. Mulai berasal kantong-kantong prostitusi, kost para perempuan malam, kawasan jamu atau warung yang berjualan miras ilegal (tidak ada label cukai), 'family karaoke' yg saat malam datang tetiba menyediakan fasilitas pl sampai Nomorkontak para mamih (baca: germo) di bandung. Rasanya ini seluruh tidak akan aku temukan Jika aku tak terjun pada global ini. Saritem yg katanya sudah ditutup tetapi nyatanya masih buka hingga hari ini.
Cobalah kawan quora berkendara masuk ke saritem maka bisikan saiton mirip "ada yang baru" atau "panlok, panlok" akan terdengar.
Nb: panlok adalah panda lokal, sebutan untuk wanita keturunan tionghoa yang menjual diri.
Seumur-umur saya belum pernah masuk ke daerah hiburan malam akan tetapi sejak menjadi driver gojek, aku telah beberapa kali menginjakkan kaki kesana.
Tak, tak mau mengejar kesenangan yg fana itu akan tetapi masuk buat anterin orderan food atau antar barang ke pada sana, hihi.
Galat satu hal yang aku perhatikan dan belakangan ini menjamur di bandung merupakan keberadaan warung-warung pada pinggir jalan. Warung ini menurut aku tidak biasa sebab seperti bukan niat jualan tapi poly yg tiba.
Ciri warung ini merupakan ukuran kecil dan ada shampo atau pewangi cucian yg tergantung. Hanya itu saja yang dijual, tidak terdapat rokok atau kopi yang umumnya menjadi andalan warung mungil.
Saya mulai merasakan keanehan ketika pada suatu malam saya menerima orderan go-ride di sekitaran cibadak. Tujuannya ke tegalega.
Di tengah perjalanan, dia minta berhenti jikalau ada warung akan tetapi anehnya, setiap aku menawarka buat berhenti di toko atau warung akbar dia selalu menolak dan berbicara "tak warung yg itu"
Lah emang cari apa sih. Hanya saja saya sungkan bertanya jadi menuruti saya kemauan dia.
Berputar sebentar akhirnya kita menemukan warung mungil di sekitaran jalan klenteng. Warungnya mungil serta ada goresan pena "bukan melayani anak berseragam sekolah"
Pada situ saya masih berpikir positif, mungkin mereka mengikuti hukum pemerintah soal penjualan rokok.
Tapi kok ada yang aneh ya, pada warung itu tak terlihat rokok. Cuma terdapat shampo sachet dan pewangi cucian.
Aku lihat penumpang saya lantas mengeluarkan lembaran biru dan si penjual 'cepelin' sesuatu ke tangannya. Benar-benar, transaksi yg menghasilkan saya penasaran.
Apa ini modusnya sama kayak modus penjual dvd bokep di pasar kota kembang alun-alun gitu ya? Waktu masa jaya, pasar kota kembang terkenal sebagai pusat penjualan dvd bajakan. Beli 10 insentif 1 dan 1 dvd dihargai goceng saja.
Ini mah gak tau gimana atau perasaan saya saja, tiap saya sedang berjalan menelusuri pasar kota kembang, sempurna aja terdapat aa-aa yang mendekati aku dan berbisik "bokep, bokep"
"dvd baru yg anak sekolahan"
Sungguh bujuk rayu yg bisa menggetarkan iman. Jika iman tak kuat, berasal yang awalnya mau beli dvd harry potter and the goblet of fire eh jadi beli dvd "anak sekolahan sedang bercumbu"
Akhirnya terjawab pula apa yang warung itu jual. Warung itu ternyata aslinya menjual obat terlarang mirip tramadol dan eximer (obat anjing gila).
Saya tahu bahayanya obat ini adalah waktu sedang menunggu orderan halodoc di sebuah apotek. Waktu sedang menunggu obat disiapkan tetiba tiba 2 orang dengan tampang teler yang hendak membeli tramadol.
Si teteh bilang kalau tramadol tak dijual bebas dan harus memakai resep dokter. Sambil memaksa, 2 orang tadi memaksa bertemu dokter supaya dibuatkan resepnya.
Untungnya mental si teteh bertenaga serta gak kalah galak. Beliau bilang Jika jam kunjungan dokter telah tutup dan dokter harus beristirahat. Dua orang tadi lantas meninggalkan apotek sembari misuh-misuh.
Dari si teteh aku baru tau kalau poly orang umumnya remaja yg mencari tramadol. Tramadol sebenarnya tidak obat terlarang tetapi impak adiktif yg didapatkan sama saja menggunakan mengkonsumsi obat terlarang.
Dan akhirnya terjawab pula apa yg dijual sang warung shampo tersebut. Mereka menjual tramadol dan eximer kemudian mereka berkamuflase dengan menjadi warung jadi-jadian buat menyamarkan penjualan obat tersebut!
Berasal dialog 'bawah tanah', entah sahih atau tidaknya, saya mendapat cerita Jika obat-obatan tersebut dikirim dari luar pulau jawa sebab pada kota Sumbernya, obat tersebut konon tak laku dijual.
Mungkin cerita ini memang sahih adanya karena penjaga warung jadi-jadian tersebut memang terlihat seperti tak orang lokal. Logat bicaranya pun terdengar mirip tidak orang orisinil bandung.
Konon, harga jual obat tramadol merupakan 5k per pcs. Coba bayangkan Bila 1 orang contohnya membeli 5 pcs, lima pcs x 5k: 25k. Kalkulasi saya ialah pada 30 mnt setidaknya terdapat lima orang yg mampir buat jajan. 25k x 5 orang: 125k hanya dalam kurun waktu 30 mnt!
Bayangkan berapa rupiah yang berputar pada 1 hari? Bila soal beking-bekingan cita rasanya kita semua sudah sama-sama memahami lah.
Belakangan ini poly orang yg menyebut bandung sudah makin seperti gotham. Eskalasi kejahatan jalanan yang meliputi begal memang belakangan ini marak terjadi.
Tak hanya begal tetapi konvoi remaja tanggung ugal-ugalan yang mengemudikan motornya sambil zig-zag pada jalanan pun marak terjadi. Sangat berbahaya sebab membahayakan pengendara lain.
Sulit buat tidak bilang bila meningkatnya kejahatan jalanan ini bukan ada hubungannya menggunakan maraknya warung-warung berkedok sabun serta pewangi ruangan ini.